Pandu Digital
  • Beranda
  • Tentang Pandu Digital
  • Kegiatan Pandu Digital
  • Blog/Artikel
Masuk
Daftar
Berita

"Kaizen", Filosofi yang ditanamkan pada Kaizen Room sebagai Pandu Digital untuk menghadirkan kualitas SDM Digital Indonesia

Selasa, 4 Februari 2025
Diposting oleh : Admin Konten Website
Pendidikan

Muda dan berkarya, berawal dari keresahan sebagai seorang tenaga pendidik yang melahirkan lulusan perguruan tinggi namun belum memiliki kompetensi yang mumpuni untuk dapat terlibat di berbagai industri hingga tercetuslah mendirikan Kaizen Room oleh Aidil Wicaksono. Kata Kaizen terdiri dari dua huruf kanji, yaitu kai yang berarti perubahan dan zen yang berarti kebaikan. Kaizen Room memiliki makna dari filosofi bertumbuh asal Jepang yang berfokus pada perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Ruang bertumbuh untuk menghadirkan kualitas manusia yang dicita-cita kan Indonesia. Bergerak dengan nilai Kaizen, Kaizen Room berupaya mendorong ‘Job Manner’ yang berfokus pada perbaikan berkelanjutan, kolaborasi, dan tanggung jawab di setiap individu dengan berbagai lini. Hasilnya adalah lingkungan berkarya yang dinamis dan produktif, di mana kualitas dan efisiensi menjadi prioritas utama, mendorong pertumbuhan pribadi dan profesional yang berkelanjutan.

 

Aidil Wicaksono yang juga sebagai Pandu Digital Madya mengatakan, semenjak terlibat sebagai Pandu Digital di tahun 2020, seluruh tim Kaizen Room menyadari bahwa visi kami dalam mendorong dan meningkatkan kompetensi kualitas manusia Indonesia merupakan PR jangka panjang. Tidak semudah scrolling media sosial, yang selalu menunjukkan kebaruan akan informasi, setiap menit, setiap detik. Menuntut perubahan tidak menjadi solusi dari hadirnya kualitas manusia yang mumpuni. Berani bergerak dan terus berdampak merupakan bahan bakar anggota Kaizen Room sebagai Pandu Digital, dalam upaya penciptaan perubahan. Aktivitas yang dilaksanakan, berjalan aktif dan masif melalui pendekatan secara daring dan luring. Terlibat dalam porsi kolaborasi dengan ragam komunitas, NGO, hingga instansi pendidikan, untuk menyuarakan bahwa literasi digital bisa dimulai dari sekitar kita, bisa dimulai di rumah, di sekolah, bahkan di ruang publik. Ia melanjutkan, Kaizen Room terus berevolusi demi penularan energi positif yang menargetkan outcome, tidak hanya output. “Tim kami bergerak untuk lebih banyak terlibat menghadirkan kecakapan digital dari segala lini. Berharap seluruh aktivitas yang kami upayakan, terus menjadi bukti dan rasa bangga kami, dengan ‘seragam’ yang tidak akan luntur, sebagai seorang Pandu Digital”.

 

Sejak terlibat pada tahun 2021-2024 di GNLD (Gerakan Nasional Literasi Digital), Kaizen Room sebagai Pandu Digital terus menjalin relasi dengan ratusan komunitas dan ruang pendidikan (sekolah & perguruan tinggi) di seluruh Indonesia. Kaizen Room hadir dengan fokus melalui pendekatan softskils yang wajib dimiliki pendidik dan peserta didik mencapai lebih dari 500.000 beneficiaries. Hal ini membuatnya semakin yakin bahwa cita-cita akan hadirnya kualitas manusia yang unggul sangat mungkin untuk dicapai, diiringi dengan kesiapan diri menghadapi kemajuan teknologi dan digitalisasi. Nilai utama dari softskills yang kami dorong dalam mewakili empat pilar literasi digital adalah; Creativity & Innovation (Digital Skills), Critical Thinking & Problem Solving (Digital Ethics), Empathy & Active Listening (Digital Culture), Adaptability & Responsibility (Digital Safety).

 

Aidil Wicaksono menambahkan, tantangan terbesar yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas manusia digital dari masyarakat Indonesia adalah jangkauan dan aksesibilitas, terutama untuk menjangkau mereka yang berada di wilayah 3T dan Indonesia Timur. Di wilayah ini, bukan hanya minimnya akses teknologi yang menjadi kendala, tetapi juga keterbatasan infrastruktur, pendidikan dasar, dan kesempatan untuk berkembang. Namun, yang lebih menyentuh hati adalah antusiasme dan semangat mereka untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. “Kami menyadari bahwa setiap kali kita berbicara tentang transformasi digital, ada begitu banyak suara dari pelosok negeri yang belum terdengar. Masyarakat di area-area ini sebenarnya sudah lama ‘menunggu’ kami menunggu hadirnya kesempatan, dukungan, dan bimbingan untuk bisa memanfaatkan teknologi demi masa depan yang lebih baik. Ini bukan sekadar tentang pelatihan digital; ini tentang memberikan keadilan kesempatan untuk setiap insan Indonesia, di mana pun mereka berada” Ujarnya.

 

 Kaizen Room terus berupaya melangkah ke arah tersebut, walau harus diakui, jalannya penuh tantangan. Membangun koneksi internet saja sudah menjadi tantangan besar, apalagi membangun koneksi emosional dan kompetensi digital mereka. Namun, justru dari titik ini kami belajar bahwa perubahan tidak selalu dimulai dari tempat yang sudah siap, tetapi dari tempat di mana semangat itu membara. Kami berkomitmen untuk hadir lebih dekat, bukan hanya sebagai pelatih atau konsultan, tapi sebagai sahabat pertumbuhan mereka.

 

Tantangan lain yang juga sangat nyata adalah persepsi masyarakat terhadap program-program pemerintah yang selama ini dianggap hanya datang sekali, lalu hilang begitu saja tanpa keberlanjutan. Harus diakui, banyak masyarakat, terutama di wilayah 3T dan Indonesia Timur yang merasa bahwa mereka hanya sekadar ‘disentuh’ sesaat, tanpa ada pendampingan atau dampak jangka panjang. Hal ini menciptakan rasa skeptis di tengah masyarakat, seolah-olah setiap inisiatif yang hadir hanyalah angin lalu. Namun, justru di sinilah ia merasa bahwa ada panggilan yang lebih besar: untuk hadir tidak hanya sebagai pembawa program, tetapi juga sebagai mitra pertumbuhan yang setia. “Kami ingin menjadi bukti nyata bahwa peningkatan kualitas manusia digital tidak bisa hanya dilakukan dalam satu langkah, tetapi membutuhkan perjalanan panjang yang didampingi, penuh empati, dan kepercayaan yang dibangun dari waktu ke waktu. Kami percaya bahwa masyarakat di area-area ini tidak hanya membutuhkan pelatihan teknis, tetapi juga keyakinan bahwa mereka tidak berjalan sendirian. Dan itulah yang ingin kami hadirkan kesinambungan, kehadiran yang nyata, dan komitmen untuk terus tumbuh bersama mereka.” Sejalan dengan hal tersebut, Kaizen Room merasa pentingnya sertifikasi keahlian bidang IT/sejenisnya yang berstandar nasional, sehingga penting baginya untuk memiliki sertifikat tersebut, ujarnya seraya menunjukan bukti sertifikat bertaraf internasional yang dimilikinya.

 

Sebagai penutup Aidil berharap terhadap program Pandu Digital dalam struktur organisasi Komdigi yang baru adalah agar program ini dapat menjadi motor penggerak transformasi digital yang lebih inklusif, terencana, dan berkelanjutan. Pandu Digital dapat memperkuat perannya sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat, terutama di wilayah 3T dan Indonesia Timur, dengan teknologi dan peluang masa depan. Dengan pendekatan yang kolaboratif, Pandu Digital bisa menjadi lebih dari sekedar program edukasi ia dapat menjadi gerakan nasional yang memampukan masyarakat untuk beradaptasi, berinovasi, dan maju di era digital ini. “Dari sisi struktur organisasi Komdigi yang baru, kami melihat potensi besar untuk menciptakan sinergi antar-pemangku kepentingan. Namun, kami juga ingin memberikan saran agar setiap lapisan organisasi terus menjaga fokus pada kebutuhan lapangan. Masyarakat di wilayah 3T, misalnya, tidak hanya membutuhkan pelatihan dasar digital, tetapi juga pendampingan intensif yang memastikan mereka benar-benar dapat memanfaatkan teknologi untuk kehidupan mereka sehari-hari. Kami juga menyarankan agar pendekatan berbasis komunitas lebih diutamakan membangun komunitas digital lokal yang dapat menjadi agen perubahan di daerah mereka masing-masing.”

 

Ia juga ingin menyoroti pentingnya pemberdayaan para Pandu Digital yang sudah ada. “Saat ini, kami melihat bahwa mayoritas Pandu Digital bergerak secara mandiri, menunggu instruksi atau kebijakan lebih lanjut dari lembaga terkait. Sementara inisiatif ini patut diapresiasi, alangkah lebih baik jika ada kebijakan yang jelas dan terarah, sehingga setiap langkah yang mereka ambil dapat berkontribusi pada tujuan besar yang ingin dicapai bersama. Pandu Digital membutuhkan arahan strategis yang tidak hanya menggerakkan, tetapi juga menginspirasi mereka untuk merasa menjadi bagian penting dari transformasi digital Indonesia. Dengan demikian, peran mereka akan lebih terintegrasi, efektif, dan berdampak. Kami menyarankan agar pendekatan berbasis komunitas lebih diutamakan membangun komunitas digital lokal yang dapat menjadi agen perubahan di daerah mereka masing-masing. Ke depan, kami percaya bahwa dengan struktur yang lebih solid, pemberdayaan yang berkesinambungan, dan strategi yang lebih mendalam, Pandu Digital tidak hanya dapat mengatasi tantangan digitalisasi, tetapi juga menjadi katalisator perubahan sosial yang berdampak nyata bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.” Ujarnya.

 

Sebagai penutup, ke depan, ia percaya bahwa dengan struktur yang lebih solid dan strategi yang lebih mendalam, Pandu Digital tidak hanya dapat mengatasi tantangan digitalisasi, tetapi juga menjadi katalisator perubahan sosial yang berdampak nyata bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Blog / Artikel Lainnya

Lihat Semua Blog/Artikel

Copyright 2025 Kementerian Komunikasi dan Digital